M.K

Program Pengajaran Individual
1.      Pengertian dan perbedaan
  1. Pengertian Asesmen
Secara harfiah asesmen berasal dari kata “To assess”  yang berarti menaksir. Assessment (kb: taksiran) deskriptif “menggambarkan” sesuatu secara holistik. Sifat atau cara kerja asesmen menjadi komprehensif  Artinya asesmen bekerja secara utuh dan menyeluruh. Soendari T (2009)
Menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Sundari (2009) dikemukakan pengertian asesmen sebagai berikut:
1)      Wallace & Longlin (1979) bahwa asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran.
2)      Rosenberg (1982) Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.
3)      Robert M. Smith (2002) “Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran”.
4)      James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis (1986) Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif.
5)      Fallen & Umansky (1988) Asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak.
6)      Mangungsong (1995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Sedangkan menurut Lerner, seperti dikutip oleh Abdurrahman M. (2003: 46) mendefinisikan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran siswa tersebut.
Abdurrahman (2003: 47) Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu : 1) Penyaringan (screening); 2)Pengalihtanganan (referal); 3)Klasifikasi (classification); 4) Perencanaan Pembelajaran (instructional planning); 5) Pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Wulan A. T. (Stiggins ;1994) secara istilah mengartikan asesmen sebagai penilaian proses kemajuan dan hasil belajar siswa (outcomes). Sedangkan Kumano, (2001) mengartikan asesmen sebagai The process of collecting data which show the development of learning.
Adapun pengertian asesmen menurut Bomstein dan Kazdin (1985) yakni:
1)      Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
2)      Memilih dan mendesain program treatmen
3)      Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
4)      Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
Lidz, (2003) Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
Walace, G & Larsen (1978) menegaskan pula, bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan informasi pembelajaran yang relevan. Asesmen merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses pembelajaran di sekolah, untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar dilakukan secara objektif dan komprehensif terhadap kondisi dan kebutuhan anak.
Menurut Buana assessment adalah alih-bahasa dari istilah penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit dari pada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Rusli L. (2000) assessment termasuk pelaksanaan tes dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan digunakan untuk keperluan informasi.
Dari beberapa pengertian asesmen di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan segala informasi atau data seorang anak yang dimulai mengidentifikasi hingga evaluasi, agar diketahui kelemahan maupun kekuatan yang dimiliki anak.

  1. Pengertian PPI
Program Pembelajaran Individual yang disingkat PPI, merupakan “terjemahan” dari Indivualized Educational Program, yang berarti Program Pendidikan Invidual. Antara “pendidikan” dan “pembelajaran” terdapat pebedaan makna yang signifikan. Pembelajaran berasal dari kata “instruction”, sedangkan pendidikan berasal dari kata “education”. Proses pembelajaran ada dalam sistem persekolahan (schooling system), sedangkan proses pendidikan ada dalam sistem yang lebih luas, yaitu ada dalam perikehidupan manusia, (Assjari, 2005).
Program Pembelajaran Individual dikenal dengan The Individualized Education Program (IEP) yang diprakarsai oleh SAMUEL GRIDLEY HOWE tahun1871, yang merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi ABK. Bentuk pembelajaran ini sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1992, yang merupakan satu rancangan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik.
MERCER and MERCER (1989) mengemukakan bahwa “program pembelajaran individual menunjuk pada suatu program pembelajaran dimana siswa bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya”.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PPI adalah  program pembelajaran yang disusun dengan sesuai dengan kebutuhan anak dengan memperhatikan kelemahan  dan kemampuan yang dimiliki anak.
  1. Perbedaan Asesmen, Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi.
Yulaewati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penelitian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tantang perencanan. Pelaksanan dan pemantauan sementara itu asesmen merupakan penelaian dalam scope dikemukakan oleh kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompotensi siswa dan perbaikan program pembelajaran.
Helen (1982) mengungkapkan perbedan antara asesmen dan evaluasi dalam metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu subyek untuk asesmen hanya siswa sedang subjek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi, organisasi. dll
Pengukuran, Penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan berperan dalam seleksi penempatan, diagnose, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing. Meski begitu terdapat perbedaan makna pengukuran antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara itu evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk. Jadi pengambilan keputusan tersebut lebih bersifat kualitatif. (Arikunto, 2003; Zainul & Nasional, 2001)
Sedangkan perbedaan antara Penilaian dengan Evaluasi
Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Sedangkan “Evaluasi” adalah mencangkup kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.
Masroen menegaskan bahwa penilaian (setidak-tidaknya dalam bidang psikologi dan pendidikan) mempunyai arti yang lebih luas ketimbang istilah pengukuran, sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan “kiranya perlu diambil” sebab tidak semua penilaian itu harus senantiasa didahului oleh tindakan pengukuran secara lebih nyata. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini, misalnya untuk dapat untuk dapat menentukan keberhasilan pengajaran pendidikan agama islam, ada cara lain yang dapat ditempuh guna mengetahui apakah para siswa telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diberikan kepada mereka di sekolah; cara lain itu misalnya dengan melakukan observasi (pengamatan) melakukan wawancara dan sebagainya.
Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan, bahwa Evaluasi dalam bidang pendidikan sebagian besar bersumber dari hasil-hasil pengukuran. Menurut Masroen, pada umumnya para pakar di bidang pendidikan sependapat, bahwa evaluasi mengenai proses pembelajaran disekolah, tidak mungkin dapat berjalan dengan baik apabila evaluasi itu tidak didasarkan atas data yang bersifat kuantitatif, inilah sebabnya mengapa dalam praktek masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam dalam proses evaluasi. Baik buruknya evaluasi akan banyak bergantung pada hasil-hasil pengukuran yang mendahuluinya. Hasil pengukuran yang Kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang kurang cermat pula, sebaliknya teknik pengukuran yang tepat akan memberikan landasan yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat.
Kenyataan inilah yang sering menimbulkan adanya kerancuan dan tumpang tindih, antara istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran.
2. Tujuan Asesmen
Menurut Sunardi & Sunaryo (2006) tujuan asesmen yakni
a.       Memperoleh data yang relevan, obyektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini
b.      Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
c.       Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya serta untuk memonitor kemajuannya.
Sedangkan Amin Moh, (1995) mengemukakan bahwa Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa seseorang itu ABK atau setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:
1)      Menyaring kemampuan ABK
2)      Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program pendidikan ABK
3)      Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK.
4)      Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan
5)      Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran
Asesmen tidak hanya bertujuan untuk mengetahui segala informasi mengenai anak, asesmen juga menentukan layanan pendidikan yang sesuai kebutuhan anak

1 komentar:

  1. Kepada Yth.
    CEO / PEMILIK PERUSAHAAN / HRD / SDM / KEPEGAWAIAN
    Semangat Pagi !!!
    Disini kami bisa membantu Perusahaan Instansi Bapak Ibu untuk
    MEMETAKAN, MENGANALISA, MEMBEDAH, MENYINGKAP & MENGUNGKAP tabir Rahasia POTENSI dan KARAKTER dalam hal KOMPETENSI PEKERJAAN setiap karyawan dan pegawai secara DETAIL, CEPAT & AKURAT. Sehingga karyawan dapat bekerja sesuai dengan PASSION nya wal hasil akan maksimal dalam bekerja dibidangnya (on The Right Man On The Right Job).
    Untuk selengkapnya silahkan hubungi kami di HP 0813 98 515657, 0858 90 333459, 0817 91 85625 atau buka di website kami www.gfast.id
    Salam
    Tim Gfast Indonesia

    BalasHapus